Jatuh bangun mereka membangun usaha yang telah dirinits, hingga akhirnya membuahkan hasil di luar perkiraan. Tidak tanggung-tanggung, puluhan bahkan ratusan juta bisa mereka dapatkan tiap bulan. Siapa saja mereka, yang di usianya yang baru 20 tahunan telah membuat iri anak-anak di usia mudanya?
Yasa Singgih
Sejak Usianya yang masih belia tepatnya di usia 15 tahun, Yasa Singgih sudah terjun dalam dunia bisnis karena ayahnya mendadak sakit keras dan butuh biaya pengobatan yang cukup besar. Ia berusaha mencari uang sendiri karena usianya terlalu kecil untuk mendapat pekerjaan saat itu.
Bisnis yang awalnya ia geluti adalah lampu hias. Namun dengan minimnya pengalaman bisnis yang dimiliki, bisnisnya tidak berjalan dengan lancar. Tak lama kemudian, dia mencoba bisnis lain berupa jual beli kaus pria berlabel Mens Republic. Karena kegigihannya, bisnis penjualan kaus
Awalnya, Yasa berjualan lampu hias. Namun, dengan pengalaman bisnisnya yang minim, bisnis lampu hias tersebut tidak begitu lancar. Tak lama, dia mencoba berbisnis jual beli kaus pria berlabel Mens Republic. Karena kegigihannya, bisnis penjualan kaus tersebut setiap bulannya bisa menghasilkan lebih dari Rp 30 juta. Kini, selain kaus, brand milik Yasa juga menjual sepatu, sandal, jaket dan juga tas pria.
Hamzah Izzulhaq
Kalau biasanya kita mengenal usaha dengan konsep franchise atau waralaba dengan jenis barang yang diperjualbelikan berupa makanan, kali ini Hamzah Izzulhaq mencoba peruntungan dalam bidang bimbingan belajar. Banyak orang memang menyetujui bahwa usaha waralaba merupakan salah satu cara terbaik dalam mengembangkan usaha, dan Hamzah Izzulhaq membuktikannya.
Di awal umur 20-an, usaha waralabanya tersebut sudah mempunyai 3 lisensi cabang dengan jumlah peserta rata-rata 200 orang tiap semesternya. Dari situ, Hamzah dapat memperoleh omzet sekitar Rp 360 juta per semester. Saat ini, Hamzah telah resmi menjadi Direktur Utama CV Hanamasa Indonesia yang didirikannya dan sering diundang beberapa acara sebagai pembicara dalam motivasi bisnis.
Dea Valencia
Dea Valencia merupakan pengusaha muda yang menjual pakaian batik dengan nama brand Batik Kultur. Ia mendesain sendiri motif batik yang dijualnya. Awalnya, Dea hanya mempekerjakan 1 karyawan dengan menjual 20 potong pakaian. Kini, bisnis Dea mampu memproduksi 800 potong batik setiap bulan dengan harga Rp 250.000 1,2 juta, nilainya setara dengan Rp 3,5 miliar per tahun atau Rp 300 juta per bulan.
Kini Batik Kultur bahkan telah diekspor ke beberapa negara. Beberapa customer dari Norwegia, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, Singapura dan Hongkong sudah melakukan pemesanan. Saat ini Dea mempekerjakan 85 karyawan, di mana 40 di antaranya adalah difabel.
Intan Kusuma Fauzia
Pemilik akun online shop @vanillahijab ini menjual hijab-hijab untuk anak muda. Saat berusia 18 tahun, Atina mulai merintis usahanya ini dengan sistem pre-order. Dia mengambil foto di toko kain, kemudian memasang foto tersebut di BBM dan menunggu orderan.
Hijab akan dibuat hanya jika ada orderan. Bisa dibilang, usaha ini nyaris tanpa modal. Saat ini, Vanilla Hijab merambah ke fesyen pakaian dan juga tas wanita. Sekitar belasan ribu hijab dan lima ribu baju ludes terjual setiap bulan.
Meski begitu, kesedihan juga sempat menghampiri Intan dan Atina. Jilbab produksinya sempat gagal produksi karena tidak sesuai dengan harapan mereka. Produknya memiliki panjang ukuran yang berbeda-beda sehingga tidak layak untuk dijual kembali. Saat itu mereka merugi hingga Rp 70 juta. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk terus mengembangkan usaha yang terus dikembangkan sampai saat ini.
Sumber: smartbisnis.co.id
0 Response to "Yuk Belajar dari Anak Muda dengan Omzet 300 Juta per Bulan"
Post a Comment